Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan

  • Beranda
  • Login Pustakawan
  • VC
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of BIBLIOSUFISTIK PADA JALAN TUHAN MEMANCAR KEDAMAIAN
Penanda Bagikan

Text

BIBLIOSUFISTIK PADA JALAN TUHAN MEMANCAR KEDAMAIAN

Asep Solikin - Nama Orang;

Apakah ada kewajiban seorang muslim untuk menjadi sufi? Apakah seseorang akan menjadi sempurna keimanan dan keislamannya dengan memposisikan diri menjadi sufi, hidup dengan kesederhanaan dan penuh dengan keprihatinan.
Mungkin itu beberapa pertanyaan ringan yang bisa menjadi pembuka pada tulisan dalam buku ini. Hal menarik dalam kajian ini adalah bagaimana jiwa itu sebenarnya bisa menjadi bersih dengan cara memasuki dunia kesufian. Sekaligus sebuah kekhawatiran, apakah dengan kemudian menceburkan diri dalam dunia tasawuf lantas lepaslah seluruh kepentingan terhadap dunianya.
Menjadi sufi sangat identik dengan kemiskinan. Bahkan, dengan ada dalam dunia sufi, seseorang kemudian terkesan sudah tidak ada lagi bersama dunianya. Itu karena dunia dianggap sebagai sesuatu yang melalaikan dan merusak kesucian diri dan kepentingan akhiratmya.
Penulis tertarik dengan sebuah tulisan tentang bagaimana sesunggunnya esensi sufi adalah pembersihan kalbu dan jiwa agar tidak terpaut dan terbudaki oleh dunia. Bahkan Allah menegaskan tentang hal ini dalam firmannya;
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri; yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Ali Imran: 164).
Ayat ini menjelaskan, di antara tugas utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah membersihkan jiwa manusia serta mengajarkan al-Qur’an dan hikmah. Yang dimaksud hikmah di sini adalah Sunnah beliau sendiri shallallahu ‘alaihi wa sallam dan maksud-maksud serta rahasia-rahasia yang terkandung di balik syariat.
Tujuan pembersihan jiwa adalah ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya, takwa hanya dapat terwujud melalui pembersihan serta penyucian jiwa. Sementara, kebersihan jiwa juga tidak dapat terjadi tanpa takwa. Jadi, keduanya saling terkait dan saling membutuhkan. Itulah mengapa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (Qs. asy-Syams: 7-10).
Demikian, beberapa esensi yang tampak dari petunjuk Tuhan agar bagaimana hamba-Nya diperintahkan untuk membersihkan diri, tanpa menyebutkan caranya, waktunya, dan tempatnya.
Perjalanan sufi, pada akhirnya adalah upaya seorang yang mencari jalan, menuju Tuhan dari apa yang dapat dia pahami pada perjalanan tersebut. Bahkan dengan cara yang paling ekstrim pun seorang dapat melakukannya demi mendapatkan kesucian tersebut dengan jalan yang terjal dan berliku dan penuh dengan rintangan.
Meninggalkan kesenangan dan kemewahan padahal sebagian orang juga bisa melakukan tanpa meninggalkannya. Tapi, itulah jalan yang setiap orang berhak untuk menempuhnya. Ada sebuah cerita tentang hal ini yang menarik bagaimana dengan kemewahannya ini menutupi diri demi menempun kenikmatan menempuh jalan Tuhannya. Ceritanya kira kira seperti ini, tersebutlah seorang sufi bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran cerdas dan berpendidikan.
Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat menghidupi ratusan keluarga yang bergantung padanya.
Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya. Salah seorang anaknya pernah bertanya: “Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah. Bukankah Ayah mampu?”
Sang Ayah pun menjawab: “Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil:
Pertama, Karena betapapun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Sehari-harian ia cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya dan ia terlepas dari alam bebas yang indah ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah.” Anaknya yang sudah cukup dewasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati. Apalagi ketika sang Ayah melanjutkan argumentasinya.
Kedua, dengan menempati sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih leluasa.
Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?”
Si anak tercenung, alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu. Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah, akan tetapi keringatnya setiap hari selalu bercucuran.
Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanaman. Ia betul-betul menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar. Ia tidak melayang-layang dalam buaian harta benda sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan, melainkan kepayahan semata-mata. Sebab banyak hartawan lain yang hanya bisa menghitung-hitung kekayaannya dalam bentuk angka-angka. Mereka hanya menikmati lembaran-lembaran kertas yang disangkanya kekayaan yang tiada tara. Padahal hakikatnya ia tidak menikmati apa-apa kecuali angan-angan kosongnya sendiri.
Kemudian anak itu lebih terkesima tatkala ayahnya meneruskan: “Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahklukNya. Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja.”
Menarik, bahwa seseorang dengan keilmuan dan pencapaain kesadarannya akan sampai pada bagaimana sesungguhnya menjali hidup itu dengan penuh keinsyafan tanpa meninggalkan diri dari kewajiban pembersihan diri.
Sesungguhnya menempuh jalan sufi berarti berupaya dengan sepenuh hati bagaimana mengisi kehidupanya dengan sebuah perjalanan yang Tuhan ridhoi berdasarkan perintah kalam Ilahi yang Maha Tinggi.


Ketersediaan
#
Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan 297.45 Ase b
E-202100010
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
297.45 Ase b
Penerbit
Tulungagung : Akademia Pustaka., 2020
Deskripsi Fisik
x+334 hlm: 14 x 20,5 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
978-623-6704-43-1
Klasifikasi
297.45
Tipe Isi
e-book
Tipe Media
Digital
Tipe Pembawa
-
Edisi
--Cet.1,--
Subjek
Teologi Sufi
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
-
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
  • BIBLIOSUFISTIK PADA JALAN TUHAN MEMANCAR KEDAMAIAN
    e-book
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

As a complete Library Management System, SLiMS (Senayan Library Management System) has many features that will help libraries and librarians to do their job easily and quickly. Follow this link to show some features provided by SLiMS.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?